Setiap negara memiliki unsur-unsur pembentuknya. Unsur-unsur negara berarti bagian-bagian terkecil yang membentuk negara. Unsur-unsur negara tertuang dalam Konvensi Montevideo sebagai hasil konferensi antar negara-negara Amerika (Pan-Amerika) di Montevideo (ibu kota Uruguay) pada tahun 1933. Pada pasal 1 Konvensi Montevideo disebutkan bahwa negara sebagai bagian dari dunia internasional harus memiliki syarat-syarat : penduduk yang tetap, wilayah tertentu, pemerintahan, dan kemampuan mengadakan hubungan dengan negara lain.
Secara umum, unsur negara ada yang bersifat konstitutif dan ada pula yang bersifat deklaratif. Unsur konstitutif adalah unsur yang mutlak atau harus ada di dalam suatu negara. Adapun unsur deklaratif hanya menerangkan adanya negara.
- Unsur-unsur negara yang bersifat konstitutif adalah harus ada rakyat, wilayah tertentu, dan pemerintahan yang berdaulat. Adapun unsur deklaratif adalah harus ada pengakuan dari negara lain.
- Unsur deklaratif ini penting sebagai wujud kepercayaan negara lain untuk mengadakan hubungan, baik hubungan bilateral maupun multilateral.
A. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Wilayah atau daerah sangat diperlukan bagi berdirinya suatu negara, yaitu sebagai tempat menetap rakyatnya dan tempat menyelenggarakan pemerintahan. Suatu kelompok yang memiliki pemerintahan tidak dapat dikatakan negara apabila tidak memiliki tempat menetap. Pada awal kemerdekaan wilayah Indonesia terbagai atas 8 (delapan) daerah provinsi sebagai berikut.
No | Nama Provinsi | Kedudukan Pemerintahan | Gubernur | Tanggal |
---|---|---|---|---|
1. | Provinsi Sumatera | Medan/Bukittinggi | Teuku Mohammad Hasaan | 19 Agustus 1945 |
2. | Provinsi Jawa Barat | Bandung | Sutardjo Kartohadikusumo | 19 Agustus 1945 |
3. | Provinsi Jawa Tengah | Semarang | R.A. Panji Soeroso | 19 Agustus 1945 |
4. | Provinsi Jawa Timur | Surabaya | R.M. Suryo | 19 Agustus 1945 |
5. | Provinsi Sunda Kecil | Singaraja | Mr. I. Gusti Ketut Pudja | 19 Agustus 1945 |
6. | Provinsi Maluku | Ambon | Mr. J. Latuharhary | 19 Agustus 1945 |
7. | Provinsi Kalimantan | Banjarmasin | Ir. Pangeran Mohammad Noor | 19 Agustus 1945 |
8. | Provinsi Sulawesi | Makasar/Manado | R. G.S.S.J. Ratulangi | 19 Agustus 1945 |
Pemekaran Provinsi di Indonesia Setiap Tahunnya
No | Tahun | Jumlah Provinsi | Keterangan |
---|---|---|---|
1. | 1950 | 11 |
|
2. | 1956 | 15 |
|
3. | 1957 | 17 |
|
4. | 1958 | 20 | Provinsi yang mengalami pemekaran adalah Provinsi Sunda Kecil terbagi menjadi tiga provinsi, yaitu Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. |
5. | 1959 | 21 | Provinsi yang mengalami pemekaran adalah Provinsi Sumatra Selatan terbagi menjadi Sumatra Selatan dan Lampung. |
6. | 1960 | 22 | Provinsi yang mengalami pemekaran adalah Provinsi Sulawesi terbagi menjadi Sulawesi Utara dan Tengah serta Sulawesi Selatan dan Tenggara. |
7. | 1964 | 24 |
|
8. | 1967 | 25 | Provinsi yang mengalami pemekaran adalah Provinsi Sumatra Selatan berkembang menjadi dua provinsi, yaitu Sumatra Selatan dan Bengkulu. |
9. | 1969 | 26 | Dengan masuknya Irian Jaya menjadi wilayah Indonesia, maka pada tahun itu jumlah provinsi di Indonesia bertambah satu, sehingga jumlah provinsi menjadi 26. |
10. | 1976 | 27 | Provinsi yang mengalami pemekaran adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang terbagi menjadi dua, yaitu Nusa Tenggara Timur dan Timor-Timur. |
11. | 1999 | 26 | Pada tanggal 19 Oktober 1999 Timor Timur melepaskan diri dari NKRI. Lepasnya Provinsi Timor-Timur dari Indonesia menyebabkan jumlah provinsi berkurang satu menjadi 26. |
Provinsi Baru di Indonesia Sejak Tahun 1999
Pada tahun 1999 juga, ada beberapa provinsi yang mengalami pemekaran.
No | Nama Provinsi | Ibu Kota | Dimekarkan dari | Tanggal | Provinsi Ke |
---|---|---|---|---|---|
1. | Maluku Utara | Sofifi-Ternate | Provinsi Maluku | 4 Oktober 1999 | ke-27 |
2. | Banten | Serang | Provinsi Jawa Barat | 17 Oktober 1999 | ke-28 |
3. | Kepulauan Bangka Belitung | Pangkal Pinang | Provinsi Riau | 4 Desember 2000 | ke-29 |
4. | Gorontalo | Gorontalo | Sulawesi Utara | 22 Desember 2000 | ke-30 |
5. | Papua Barat | Manokwari | Papua | 21 November 2001 | ke-31 |
6. | Kepulauan Riau | Tanjung Pinang | Riau | 25 Oktober 2002 | ke-32 |
7. | Sulawesi Barat | Mamuju | Sulawesi Selatan | 5 Oktober 2004 | ke-33 |
8. | Kalimantan Utara | Tanjung Selor | Kalimantan Timur | 25 Oktober 2012 | ke-34 |
Sampai dengan saat ini wilayah Indonesia terbagi menjadi 34 provinsi sebagai berikut.
No | Nama Provinsi | Ibu Kota | No. | Nama Provinsi | Ibu Kota |
---|---|---|---|---|---|
1 | NAD | Banda Aceh | 18 | Nusa Tenggara Barat | Mataram |
2 | Sumatra Utara | Medan | 19 | Nusa Tenggara Timur | Kupang |
3 | Sumatra Barat | Padang | 20 | Kalimantan Barat | Pontianak |
4 | Riau | Pekan Baru | 21 | Kalimantan Tengah | Palangkaraya |
5 | Kepulauan Riau | Tanjung Pinang | 22 | Kalimantan Timur | Samarinda |
6 | Jambi | Jambi | 23 | Kalimantan Selatan | Banjarmasin |
7 | Bengkulu | Bengkulu | 24 | Sulawesi Utara | Manado |
8 | Sumatra Selatan | Palembang | 25 | Gorontalo | Gorontalo |
9 | Bangka Belitung | Pangkal Pinang | 26 | Sulawesi Tengah | Palu |
10 | Lampung | Bandar Lampung | 27 | Sulawesi Barat | Mamuju |
11 | DKI Jakarta | Jakarta | 28 | Sulawesi Selatan | Makassar |
12 | Banten | Serang | 29 | Sulawesi Tenggara | Kendari |
13 | Jawa Barat | Bandung | 30 | Maluku | Ambon |
14 | Jawa Tengah | Semarang | 31 | Maluku Utara | Sofifi |
15 | DI Yogyakarta | Yogyakarta | 32 | Papua | Jayapura |
16 | Jawa Timur | Surabaya | 33 | Irian Jaya Barat | Manokwari |
17 | Bali | Denpasar | 34 | Kalimantan Utara | Tanjung Selor |
B. Rakyat Indonesia
Dalam arti politis, rakyat adalah semua orang yang berada dan berdiam dalam suatu Negara atau menjadi penghuni Negara yang tunduk pada kekuasaan Negara itu. Rakyat merupakan unsur terpenting Negara karena rakyatlah yang pertama kali berkehendak membentuk Negara. Rakyat pula yang mulai merencanakan, merintis, mengendalikan, dan menyelenggarakan pemerintahan Negara.
Penduduk, adalah mereka yang bertempat tinggal atau berdomisili di dalam suatu wilayah Negara (menetap). Biasanya, penduduk adalah mereka yang lahir secara turun-temurun dan besar di dalam suatu Negara tertentu.
Warga Negara, adalah mereka yang berdasarkan hukum tertentu merupakan anggota dari suatu Negara. Dengan kata lain, warga Negara adalah mereka yang menurut undang-undang atau perjanjian diakui sebagai warga Negara atau melalui proses naturalisasi. Ketentuan mengenai warga negara dan penduduk ditegaskan dalam pasal 26 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu:
- Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
- Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
- Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.
Peraturan perundangan sebagai pelaksana pasal 26 ini yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Warga negara menurut undang-undang ini adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Warga negara Indonesia (WNI) terdiri dari :
- Setiap orang yang sebelum undang-undang ini sudah menjadi warga negara Indonesia
- Anak yang lahir dari perkawinan sah dari ayah dan ibu warga negara Indonesia
- Anak yang lahir dari perkawinan sah dari ayah WNI dan ibu warga negara asing
- Anak yang lahir dari perkawinan sah dari ayah warga negara asing dan ibu WNI
- Anak yang lahir dari perkawinan sah dari ibu WNI dan ayah yang tidak memiliki kewarganegaraan.
- Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah WNI, sebelum 300 hari ayahnya meninggal dunia
- Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI
- Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu warga negara asing yang diakui oleh ayah WNI
- Anak yang lahir di Indonesia yang tidak jelas status kewarganegaraan ibu dan ayahnya.
Pemerintah yang berdaulat adalah pemerintahan yang punya kekuasaan tertinggi yang dihormati dan ditaati, baik oleh seluruh rakyat negara itu maupun oleh negara lain. Kata daulat berasal dari kata daulah (Arab), sovereignity (Inggris), souvereinteit (Perancis), supremus (Latin), dan sovranita (Italia), yang artinya kekuasaan tertinggi. Kekuasaan yang dimiliki pemerintah mempunyai kekuatan yang berlaku ke dalam(interne-souvereinteit) dan ke luar (externe-souvereinteit).
Pasal 1 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 menegaskan “Negara Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk Republik.” Ketentuan pasal ini menegaskan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahan adalah republik. Sebagai negara republik maka para pemimpin pemerintahan dipilih oleh rakyat dengan kekuasaan yang dibatasi oleh masa jabatan.
Kekuasaan pemerintah dalam negara republik pada dasarnya merupakan mandat dari rakyat. Rakyat yang memegang kuasaaan, karena kedaulatan ada di tangan rakyat. Pasal 1 ayat (2) bahwa “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar” dan pasal 1 ayat (3) menegaskan bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum”.
D. Pengakuan dari Negara Lain
Pengakuan suatu negara dari negara lain sangat penting. Semakin banyak negara lain yang mengakui suatu negara, maka semakin kuat pula kedaulatan negara yang diakui. Pengakuan dari negara lain sebagai unsur deklaratif berdirinya suatu negara.
- Penandatangan isi Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda dilakukan pada tanggal 25 Maret 1947 dalam suatu upacara kenegaraan di Istana Negara Jakarta. Salah satu isi perjanjian terebut adalah pengakuan oleh Belanda secara de facto terhadap kekuasaan pemerintah RI atas Jawa, Madura, dan Sumatera. Bukan hanya Belanda, perundingan linggarjati juga berdampak terhadap negara asing lainnya yang berangsur-angsur mengakui kekuasaan RI, diantaranya: Inggris : 31 Maret 1947, Amerika Serikat : 17 April 1947, Mesir : 11 Juni 1947, Lebanon : 29 Juni 1947, Suriah : 2 Juli 1947, Afganistan : 23 September 1947, Burma : 23 november 1947, Saudi Arabia : 24 November 1947, Yaman : 3 Mei 1948, dan 10. Rusia : 26 Mei 1948
- Puncak pengakuan kemerdekaan dari negara lain adalah saat Indonesia diterima sebagai anggota Persatuan Bangsa-Bangsa pada tahun 1950 sebagai anggota ke-60.