Tempat : Kayangan Deksina di dalam pedalangan sering disebut kayangan Argadahana
Ayah : Batara Guru
Ibu : Batari Uma
Istri : Dewi Saraswati
Kesaktian : Dewa yang menguasai api
Batara Brahma pernah memberikan pusaka Alugara dan Nanggala kepada raden Kakrasana pada saat ia bertapa di pertapaan Arsonya. Maka seolah-olah Hyang Brahma adalah guru dari raden Kakrasana. maka kalau kita lihat bentuk wayang Prabu Baladewa, raden Kakrasana mirip dengan bentuk wayang Batara Brahma.
Batara Brahma selalu atau sering mengikuti perjalanan Batara Guru ke Ngarcapada/Bumi menjelma menjadi raja seberang dengan nama misal prabu Dewa Pawaka atau yang lain. Hal ini dapat digagalkan oleh Semar. Sehingga kehendaknya ingin memusnahkan Pandawa atau membuat onar dunia tidak berhasil. Juga dapat dilihat dalam lakon lahirnya Wisanggeni.
Tujuan Batara Brahma akan mengawinkan putrinya Dewi Dresanala dengan Dewa Srani serta menceraikan raden Arjuna. Hal ini dapat digagalkan oleh Semar dan para Pandawa. Jadi kesimpulannya bahwa semua ulah dewa jika salah akan kalah oleh tindakan manusia yang benar.
=========================
SANGHYANG BRAHMA atau Brama adalah putra kedua Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan permaisuri pertama Dewi Umayi. Ia mempunyai lima orang saudara kandung masing - masing bernama ; Sanghyang Sambo, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu, Sanghyang Wisnu dan Bathara Kala. Sanghyang Brahma juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, yaitu putra Dewi Umarakti, masing-masing bernama ; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang Asmara.
Sanghyang Brahma bersemayam di Kahyangan Daksinageni. Ia mempunyai tiga orang permaisuri dan dua puluh satu putra, 14 pria dan 7 wanita. Dari permaisuri Dewi Saci berputra dua orang bernama ; Bathara Maricibana dan Bathara Naradabrama. Dengan Dewi Sarasyati mempunyai lima orang putra bernama; Bathara Brahmanasa, Bathara Bramasadewa, Bathara Bramanasadara, Bathara Bramanarakanda dan Bathara Bramanaresi. Sedangkan dengan Dewi Rarasyati/Raraswati mempunyai empat belas orang putra dan putri, masing-masing bernama ; Dewi Bramani, Dewi Bramanistri, Bathara Bramaniskala, Bathara Bramanawara, Dewi Bramanasita, Dewi Bramaniyati, Dewi Bramaniyodi, Bathara Bramanayana, Bathara Bramaniyata, Bathara Bramanasatama, Dewi Bramanayekti, Dewi Bramaniyuta, Dewi Dresanala dan Dewi Dresawati.
Sanghyang Brahma adalah Dewa Api, maka bila bertikikrama ia dapat mengeluarkan prabawa api. Ia seorang panglima perang yang ulung, dan berkedudukan sebagai senapati angkatan perang Suralaya/Kadewatan. Sanghyang Brahma pernah turun ke Arcapada, menjadi raja di negara Medanggili bergelar Maharaja Sunda/Rajapati.
Batara Brama
Batara Brama adalah putera dari Batara Guru. Batara Brama adalah dewa yang menguasai api, dan bersemayam di Kahyangan Deksina.
Dalam cerita wayang Mahabarata, Batara Brama merupakan dewa yang menurunkan kesaktian kepada Raden Kakrasana, yang kelak menjadi raja di Kerajaan Mandura (ketika telah menjadi raja Raden Kakrasana bergelar Prabu Baladewa, dan terkenal sangat sakti karena memiliki pusaka Nanggala yang sanggup menggempur gunung). Pusaka Nanggala yang dimiliki oleh Raden Kakrasana merupakan senjata pusaka pemberian dari Batara Brama. Selain memberikan pusaka Nanggala, Batara Brama juga memberikan pusaka Gada Alugara kepada Raden Kakrasana.
Batara Brama dikisahkan juga memiliki puteri yang sangat cantik bernama Dewi Dresanala. Dewi Dresanala ini kelak menjadi istri Raden Arjuna dari keluarga Pandawa, dan menurunkan putera bernama Wisanggeni yang sangat sakti. Konon ketika baru lahir, Wisanggeni dibuang ke dalam kawah gunung berapi oleh Batara Brama, kakeknya sendiri. Sebab kelahiran Wisanggeni yang sangat sakti dianggap menyebabkan kahyangan goncang sehingga Batara Guru memerintahkan Batara Brama untuk membunuh cucunya tersebut. Batara Brama sebenarnya tidak tega melakukannya, tapi karena diperintahkan oleh Batara Guru maka dengan terpaksa Batara Brama melakukannya.
Ketika dibuang ke dalam kawah gunung berapi, Wisanggeni tidak mati karena bagaimanapun dia adalah cucu dari dewa api. Malah kesaktian Wisanggeni semakin hebat. Akhirnya Wisanggeni selamat dan berkat bantuan Semar dan Sang Hyang Wenang Wisanggeni bisa menuntut keadilan kepada kakeknya dan Batara Guru. Pada akhirnya Batara Guru mau menerima kehadiran Wisanggeni dalam keluaraga para dewa, dan Batara Brama menyatakan penyesalannya karena telah berusaha membunuh cucunya itu. Setelah semua pihak berdamai, kahyangan kembali tenang.
Ayah : Batara Guru
Ibu : Batari Uma
Istri : Dewi Saraswati
Kesaktian : Dewa yang menguasai api
Batara Brahma pernah memberikan pusaka Alugara dan Nanggala kepada raden Kakrasana pada saat ia bertapa di pertapaan Arsonya. Maka seolah-olah Hyang Brahma adalah guru dari raden Kakrasana. maka kalau kita lihat bentuk wayang Prabu Baladewa, raden Kakrasana mirip dengan bentuk wayang Batara Brahma.
Batara Brahma selalu atau sering mengikuti perjalanan Batara Guru ke Ngarcapada/Bumi menjelma menjadi raja seberang dengan nama misal prabu Dewa Pawaka atau yang lain. Hal ini dapat digagalkan oleh Semar. Sehingga kehendaknya ingin memusnahkan Pandawa atau membuat onar dunia tidak berhasil. Juga dapat dilihat dalam lakon lahirnya Wisanggeni.
Tujuan Batara Brahma akan mengawinkan putrinya Dewi Dresanala dengan Dewa Srani serta menceraikan raden Arjuna. Hal ini dapat digagalkan oleh Semar dan para Pandawa. Jadi kesimpulannya bahwa semua ulah dewa jika salah akan kalah oleh tindakan manusia yang benar.
=========================
SANGHYANG BRAHMA atau Brama adalah putra kedua Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan permaisuri pertama Dewi Umayi. Ia mempunyai lima orang saudara kandung masing - masing bernama ; Sanghyang Sambo, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu, Sanghyang Wisnu dan Bathara Kala. Sanghyang Brahma juga mempunyai tiga orang saudara seayah lain ibu, yaitu putra Dewi Umarakti, masing-masing bernama ; Sanghyang Cakra, Sanghyang Mahadewa dan Sanghyang Asmara.
Sanghyang Brahma bersemayam di Kahyangan Daksinageni. Ia mempunyai tiga orang permaisuri dan dua puluh satu putra, 14 pria dan 7 wanita. Dari permaisuri Dewi Saci berputra dua orang bernama ; Bathara Maricibana dan Bathara Naradabrama. Dengan Dewi Sarasyati mempunyai lima orang putra bernama; Bathara Brahmanasa, Bathara Bramasadewa, Bathara Bramanasadara, Bathara Bramanarakanda dan Bathara Bramanaresi. Sedangkan dengan Dewi Rarasyati/Raraswati mempunyai empat belas orang putra dan putri, masing-masing bernama ; Dewi Bramani, Dewi Bramanistri, Bathara Bramaniskala, Bathara Bramanawara, Dewi Bramanasita, Dewi Bramaniyati, Dewi Bramaniyodi, Bathara Bramanayana, Bathara Bramaniyata, Bathara Bramanasatama, Dewi Bramanayekti, Dewi Bramaniyuta, Dewi Dresanala dan Dewi Dresawati.
Sanghyang Brahma adalah Dewa Api, maka bila bertikikrama ia dapat mengeluarkan prabawa api. Ia seorang panglima perang yang ulung, dan berkedudukan sebagai senapati angkatan perang Suralaya/Kadewatan. Sanghyang Brahma pernah turun ke Arcapada, menjadi raja di negara Medanggili bergelar Maharaja Sunda/Rajapati.
Batara Brama
Batara Brama adalah putera dari Batara Guru. Batara Brama adalah dewa yang menguasai api, dan bersemayam di Kahyangan Deksina.
Dalam cerita wayang Mahabarata, Batara Brama merupakan dewa yang menurunkan kesaktian kepada Raden Kakrasana, yang kelak menjadi raja di Kerajaan Mandura (ketika telah menjadi raja Raden Kakrasana bergelar Prabu Baladewa, dan terkenal sangat sakti karena memiliki pusaka Nanggala yang sanggup menggempur gunung). Pusaka Nanggala yang dimiliki oleh Raden Kakrasana merupakan senjata pusaka pemberian dari Batara Brama. Selain memberikan pusaka Nanggala, Batara Brama juga memberikan pusaka Gada Alugara kepada Raden Kakrasana.
Batara Brama dikisahkan juga memiliki puteri yang sangat cantik bernama Dewi Dresanala. Dewi Dresanala ini kelak menjadi istri Raden Arjuna dari keluarga Pandawa, dan menurunkan putera bernama Wisanggeni yang sangat sakti. Konon ketika baru lahir, Wisanggeni dibuang ke dalam kawah gunung berapi oleh Batara Brama, kakeknya sendiri. Sebab kelahiran Wisanggeni yang sangat sakti dianggap menyebabkan kahyangan goncang sehingga Batara Guru memerintahkan Batara Brama untuk membunuh cucunya tersebut. Batara Brama sebenarnya tidak tega melakukannya, tapi karena diperintahkan oleh Batara Guru maka dengan terpaksa Batara Brama melakukannya.
Ketika dibuang ke dalam kawah gunung berapi, Wisanggeni tidak mati karena bagaimanapun dia adalah cucu dari dewa api. Malah kesaktian Wisanggeni semakin hebat. Akhirnya Wisanggeni selamat dan berkat bantuan Semar dan Sang Hyang Wenang Wisanggeni bisa menuntut keadilan kepada kakeknya dan Batara Guru. Pada akhirnya Batara Guru mau menerima kehadiran Wisanggeni dalam keluaraga para dewa, dan Batara Brama menyatakan penyesalannya karena telah berusaha membunuh cucunya itu. Setelah semua pihak berdamai, kahyangan kembali tenang.